"Bebas Itu Nyata", slogan yang akhir-akhir ini sering muncul mewarnai iklan salah satu layanan seluler. Disajikan dengan kalimat-kalimat yang memang membuat kita berfikir ulang tentang kebebasan yang didapat di kehidupan ini. Contoh saja si wanita yang menyindir kebebasan berekspresi tetapi dibatasi rok di bawah lutut, atau si pria yang dibatasi pilihan jodohnya dengan kriteria orang tuanya.
Mari luangkan waktu sejenak untuk menengok artikel saya sebelumnya, Kriteria Tampilan Blog Favorit Ladida, ada kalimat "Terserah berkreasi yang penting jangan menyiksa mata." Bisa jadi bahan sindiran di iklan itu bukan?
Dalam iklan pula ditambahi dengan kalimat "Think Again", tentu memancing kita untuk berfikir kembali, tentang kebebasan tapi kok ada batasnya. Namun, berfikir ulang yang saya rasakan tidak hanya dalam segi itu saja.
Mari luangkan waktu sejenak untuk menengok artikel saya sebelumnya, Kriteria Tampilan Blog Favorit Ladida, ada kalimat "Terserah berkreasi yang penting jangan menyiksa mata." Bisa jadi bahan sindiran di iklan itu bukan?
Dalam iklan pula ditambahi dengan kalimat "Think Again", tentu memancing kita untuk berfikir kembali, tentang kebebasan tapi kok ada batasnya. Namun, berfikir ulang yang saya rasakan tidak hanya dalam segi itu saja.
- Mengapa ada kata "bebas" jika akhirnya ada batasan?
- Mengapa ada batasan jika memang dibebaskan?
- Apa kebebasan akan selalu sesuai norma?
- Apa norma merupakan batasan berekspresi?
- Apa bebas didefinisikan sebagai sebuah hal yang benar-benar tidak teratur?
- Apa tidak ada ruang dalam kebebasan?
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Dengan Sebaik-baiknya